Senin, 25 Juni 2012
DIVERSIFIKASI PANGAN
Iwak peyek.... Iwak Peyek
Nasi jagung...
itulah sepenggal lagu yng dibawakan TRIO MACAN
bahkan team OVJ juga gak mau kalah hebohnya menyanyikannya sampai kepala diantuk-antukan (ditekan-tekan).
Ya namanya NASI JAGUNG, bagi masyarakat Jawa bagian timur dan Madura tidaklah asing lagi.
Untuk mencukupkan kebutuhannya agar sampai kepada panen berikutnya petani mensiasati dengan makan nasi jagung yang harganya mencapai seper empat harga beras. Mereka hidup prihatin demi sebuah harapan, karena anak-anaknya tetap harus bersekolah, dan semua kebutuhan sehari-hari tetap harus cukup.
Banyak aneka panganan yang terbuat dari jagung : diantaranya GRONTOL yang dimakan dengan parutan kelapa muda, marning yang merupakan grontol yang dikeringkan dan kemudian digoreng yang diberi aneka macam rasa bisa asin, manis, atau pedas, dan makanan ini dapat dijumpai ketika lebaran tiba.
Ada lagi yang cukup populer yaitu SINGKONG atau KETELA POHON atau orang banyumas menyebutnya BODIN....
Panganan yang terbuat dari singkong ini jumlahnya sangat banyak, yang terkenal yang terpajang di supermarket adalah kripik singkong.
Sebagai makanan pengganti nasi atau beras, yang sering diolah dalam bentuk tepung dan dimasak, yaitu THIWUL atau OYEK. Ada juga direbus kemudian ditumbuk dengan gula yang akrab dinamakan GETHUK.
Wah..., pokoknya banyak deh panganan olehan dari singkong ini, seperti gatot, sawut, bangreng, ceriping, balong kuwuk, tape singkong, dan goreng tape singkong yang terkenal dengan ssebutan RONDO ROYAL.
Jenis umbi-umbian yang lain banyak ragamnya yang sekarang menjadi tanaman langka, yang kemungkinan anak-anak kita sudah tidak mengenalnya seperti : Gadung, Uwi, Gembili, Ganyong, Klerut, Kimpul, dan masih banyak lagi....
Tindakan ONE DAY tanpa NASI BERAS yang dicanangkan DR. Ir. Nur Mahmudi Ismail, Msc. Walikota Depok, bagi orang pedesaan bukanlah hal yang istimewa, wong mereka makan makanan yang bukan nasi beras bisa terjadi berbulan-bulan.
Seharusnya Pemerintah tetap mempertahankan kebijakan pangan suatu daerah dikembalikan ke makanan pokok dasar, semisal masyarakat Papua tetap dipertahankan makan umbi-umbian hanya saja sumber proteinnya bisa ditingkatkan. Masyarakat Ambon dan sekitarnya tetap dibiarkan makan sagu, masyarakat Madura tetap makan Jagung, bukannya mengkonversi ke beras, yang akhirnya menimbulkan problem baru, dari mulai budidaya, ketersediaan pangan dan distribusinya, ini adalah penghamburan biaya.
Makan Nasi beras bukanlah suatu prestise, dan makan makanan selain nasi beras bukanlah simbul kemiskinan.
MARI KITA DUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN MENGGALI POTENSI DAERAH DAN MENGEMBALIKAN MAKANAN POKOK BAGI DAERAH-DAERAH TERTENTU.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar